Tugas 1 - Perekonomian Indonesia
Kelompok 6
Nama Kelompok :
Nama Kelompok :
- · Candra Nopita Sari (27211949)
- · Cyndi Rianti Tambunan (21211694)
- · Eka Sri Wahyuningsih (22211364)
- · Irma Ruryanti (23211698)
1. Seberapa
besar peranan kurs valuta asing berpengaruh pada perekonomian Indonesia?
jawab:
Dalam
pembayaran antar negara ada suatu kekhususan yang tidak terdapat dalam
lalu-lintas pembayaran luar negeri. Sebab semua negara mempunyai mata uang atau
valutanya sendiri, yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di dalam
batas-batas daerah kekuasaan itu sendiri, tetapi belum tentu mau diterima luar
negeri. Jadi pembayaran antar negara harus menyangkut lebih dari satu macam
mata uang, yang harus dipertukarkan satu sama lain dengan harga atau kurs
tertentu. Hal inilah yang membuat perdagangan dan pembayaran internasional
menjadi perkara yang rumit, maka dari itu dibuatlah alat pembayaran yang bisa
digunakan oleh banyak negara (antarnegara) atau disebut dengan alat pembayaran
internasional, yakni valuta asing. Kurs valuta asing sering diartikan sebagai
banyaknya nilai mata uang suatu negara (rupiah) yang harus dikeluarkan/dikorbankan
untuk mendapatkan satu unit nilai uang asing (dollar). Sehingga dengan kata
lain, jika kita gunakan contoh rupiah dan dollar, maka kurs valuta asing adalah
nilai tukar yang menggambarkan banyaknya rupiah yang harus dikeluarkan untuk
mendapatkan satu unit dollar dalam kurun waktu tertentu. Kurs valuta asing
adalah harga valuta asing, dinyatakan dalam valuta sendiri. Misalnya US $ 1.00
= Rp. 10.000,- Penentuan Kurs Valuta
Asing pada dasarnya ada tiga cara untuk menentukan tinggi-rendahnya kurs:
1. Kurs tetap,
karena dikaitkan dengan emas sebagai standar atau patokannya.
2. Kurs bebas,
yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran valuta asing di pasaran bebas,
lepas dari kaitan dengan emas. Dalam hal ini kurs bisa naik/turun dengan bebas.
3. Kurs dibuat stabil
berdasarkan perjanjian internasional yaitu ditetapkan oleh pemerintah/bank
sentral dalam perbandingan tertentu dengan dollar atau emas sebagai patokan, akibat
kurs yang tidak sesuai. Apabila mata uang suatu negara dinilai
terlalu tinggi dibandingkan dengan valuta lain (Kurs resmi lebih tinggi
daripada perbandingan daya beli yang sesungguhnya atau disebut over valued),
akibatnya ekspornya akan macet dan impornya didorong terlalu besar, sehingga
keseimbangan neraca pembayaran terancam. Hal yang sebaliknya terjadi apabila
mata uang dinilai terlalu rendah atau under valued, apabila kurs resmi terlalu
rendah dibandingkan dengan daya belinya yang sesungguhnya, maka ekspor akan
bertambah besar, tetapi impor akan macet.
Dari pembahasan di
atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa peran valuta asing terhadap
perekonomian di indonesia sangat penting. Karena valuta asing merupakan alat
pembayaran antar negara. Barang dan jasa yang diimpor itu harus dibayar. Untuk
pembayaran itu diperlukan valuta asing atau devisa (Foreign exchange), yaitu
valuta (mata uang) yang mau diterima oleh dunia internasional. Devisa itu kita
peroleh dari hasil ekspor (devisa umum) atau kredit bank luar negeri (devisa
kredit).
2. Bagaimana
Kebijaksanaan Perekonomian Indonesia selama :
a. Periode
1966-1969
b. Periode
Pelita I
c. Periode
Pelita II
d. Periode
Pelita III
e. Periode
Pelita IV
f. Periode
Pelita V
Jawab:
a.
Periode
1966 – 1969
Kebijaksanaan
perekonomian Indonesia selama periode 1966–1969 ini adalah pembersihan
proses-proses kebijakan orde lama yang tidak efisien dan efektif terutama dari
faham-faham komunisme. Beberapa kebijaksanaan ekonomi – keuangan:
Dengan
Keputusan Menteri Keuangan No. 1/M/61 tanggal 6 Januari 1961, Bank Indonesia
dilarang menerbitkan laporan keuangan/statistik keuangan, termasuk analisis dan
perkembangan perekonomian Indonesia.
Pada
tanggal 28 Maret 1963 Presiden Soekarno memproklamirkan berlakunya Deklarasi
Ekonomi dan pada tanggal 22 Mei 1963 pemerintah menetapkan berbagai peraturan
negara di bidang perdagangan dan kepegawaian.
Pokok
perhatian diberikan pada aspek perbankan, namun nampaknya perhatian ini
diberikan dalam rangka penguasaan wewenang mengelola moneter di tangan
penguasa. Hal ini nampak dengan adanya dualisme dalam mengelola moneter.
(Suroso, 1994).
Titik berat pada
periode 1966-1969 yaitu:
Y Penurunan
tingkat inflasi
Y Proses
produksi yang tidak efektif dan efisien
Y Penggunaan
pendapatan yang lebih efektif dan efisien untuk menunjang proses pembangunan
b.
Periode
Pelita I (1 April 1969 - 31 Maret 1974)
Dilaksanakan
pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal pembangunan Orde
Baru.
Tujuan
Pelita I: Untuk meningkatkan taraf
hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap
berikutnya.
Sasaran
Pelita I: Pangan, sandang, perbaikan
prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan
rohani.
Titik
Berat: Pembangunan bidang
pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui
proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih
hidup dari hasil pertanian.
Menurut
peraturan pemerintah no.16 tahun 1970 kebijakan pemerintah tentang perekonomian
membicarakan tentang penyempurnaan tata niaga ekspor dan impor. Peraturan
pemerintah pada bulan agustus 1971 membahas tentang devaluasi rupiah terhadap
dollar amerika dengan memfokuskan pada beberapa sasaran, yakni kestabilan harga
pokok, peningkatan nilai ekspor, kelancaran impor, penyebaran barang di dalam
negeri. Rencana pembangunan lima tahun yang pertama ini menitikberatkan pada
sektor pertanian serta industri yang (langsung) mendukung sektor pertanian
(misalnya pabrik pupuk dan alat alat pertanian).
c.
Periode
Pelita II (1 April 1974 – 31 Maret 1979)
Menitikberatkan
pada sektor pertanian, dengan meningkatkan industri yang mengelola bahan mentah
menjadi bahan baku (misal: karet, minyak, kayu, timah). Sasaran yang hendak di
capai pada masa ini adalah pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana,
mensejahterakan rakyat, dan memperluas lapangan kerja. Fokus pembangunan ini di
fokuskan pada pengkreditan untuk mendorong eksportir kecil dan menengah serta
mendorong pengusaha kecil atau ekonomi menengah dengan kredit investasi kecil
(KIK). Adapun kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah dalam pelita II ini
adalah dengan melakukan penghapusan pajak ekspor untuk mempertahankan daya saing
di pasar dunia. Penggalakan PMA dan PMDN untuk mendorong investasi dalam
negeri, yang menghasilakn cadangan devisa naik dari $ 1,8 milyar menjadi $ 2,58
milyar dan naiknya tabungan pemerintah dari Rp 255 milyar menjadi Rp 1.522
milyar pada periode pelita II tersebut. Sedangkan kebijakan moneter yang
dilakukan pemerintah adalah meningkatkan hasil produksi nasional dan daya saing
komoditi ekspor karena tingkat rata-rat inflasi 34%, resesi dan krisis dunia
tahun 1979, serta penurunan bea masuk impor komoditi bahan dan peningkatan bea
masuk komoditi impor lainnya. Namun dengan adanya pelita II berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7% setahun. Perbaikan dalam
hal irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikna produksi. Lalu banyak
jalan dan jembatan yang di rehabilitasi dan di bangun.
d.
Periode
Pelita III (1 April 1979 – 31 Maret 1984)
Pelita
III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan yang bertujuan terciptanya
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan
kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala bidang. Pelita III ini
menitikberatkan pada sektor pertanian menuju swasembada pangan, serta meningkatkan
industri yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Pedoman pembangunan
nasionalnya adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari
kedua pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam
suasana politik dan ekonomi yang stabil.
Isi Trilogi Pembagunan
adalah sebagai berikut:
Pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi.
Stabilitas
nasional yang sehat dan dinamis.
Delapan Jalur Pemerataan, yaitu:
O Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya
sandang, pangan, dan perumahan.
O Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan
pelayanan kesehatan.
O Pemerataan pembagian pendapatan
O Pemerataan kesempatan kerja
O Pemerataan kesempatan berusaha
O Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam
pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum perempuan
O Pemerataan penyebaran pembagunan di seluruh
wilayah tanah air
O Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan
e.
Periode
Pelita IV (1 April 1984 – 31 Maret 1989)
Menitikberatkan
pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha menuju swasembada pangan, serta
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri,
baik industri berat maupun industri ringan. Hasil yang dicapai pada Pelita IV
antara lain swasembada pangan. Pada tahun 1984 Indonesia berhasil memproduksi
beras sebanyak 25,8 ton. Hasilnya Indonesia berhasil swasembada beras.
kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian
Dunia) pada tahun 1985. Hal ini merupakan prestasi besar bagi Indonesia. Selain
swasembada pangan, pada Pelita IV juga dilakukan Program KB dan Rumah untuk
keluarga. Adapun contoh dari kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam pelita IV
ini adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan
Inpres No. 5 tahun 1985, yakni meningkatkan ekspor non migas dan pengurangan
biaya tinggi dengan :
þ Pemberantasan
pungli
þ Mempermudah
prosedur kepabeanan
þ Menghapus
dan memberantas biaya siluman
2. Paket
Kebijakan 6 Mei (PAKEM), mendorong sektor swasta dibidang ekspor dan penanaman
modal.
3. Paket
Devaluasi 1986, karena jatuhnya harga minyak dunia yang didukung dengan kebijakan
pinjaman luar negeri.
4. Paket
Kebijakan 25 Oktober 1986, deregulasi bidang perdagangan, moneter, dan
penanaman modal dengan cara:
þ Penurunan
bea masuk impor untuk komoditi bahan penolong dan bahan baku
þ Proteksi
produksi yang lebih efisien
þ Kebijakan
penanaman modal
5. Paket
Kebijakan 15 Januari 1987, yakni peningkatan efisiensi, inovasi, dan
produktivitas beberapa sektor industri (menengah ke atas) guna meningkatkan
ekspor non migas, adapun langkah-langkahnya:
þ Penyempurnaan
dan penyederhanaan ketentuan impor
þ Pembebasan
dan keringanan bea masuk
þ Penyempurnaan
klasifikasi barang
6. Paket
Kebijakan 24 Desember 1987 (PAKDES) adalah restrukturisasi bidang ekonomi dalam
rangka memperlancar perijinan (deregulasi).
7. Paket
27 Oktober 1988, kebijakan deregulasi untuk menggairahkan pasar modal dan
menghimpun dana masyarakat untuk biaya pembangunan.
8. Paket
Kebijakan 21 November 1988 (PAKNOV) yakni deregulasi dan debirokratisasi bidang
perdagangan dan hubungan laut.
9. Paket
Kebijakan 20 Desember 1988 (PAKDES), yakni kebijakan dibidang keuangan dengan
memberikan keleluasaan bagi pasar modal dan perangkatnya untuk melakukan
aktivitas yang lebih produktif, juga berisi mengenai deregulasi dalam hal
pendirian perusahaan asuransi
f.
Periode
Pelita V
Menitikberatkan
sektor pertanian dan industri untuk menetapkan swasembada pangan dan
meningkatkan produksi hasil pertanian lainnya dan sektor industri khususnya
industri yang menghasilkan barang ekspor, industri yang banyak menyerap tenaga
kerja, industri pengolahan hasil pertanian, serta industri yang dapat
mengahsilkan mesin mesin industri. Pelita V adalah akhir dari pola pembangunan
jangka panjang tahap pertama. Lalu dilanjutkan pembangunan jangka panjang ke
dua, yaitu dengan mengadakan Pelita VI yang di harapkan akan mulai memasuki
proses tinggal landas Indonesia untuk memacu pembangunan dengan kekuatan
sendiri demi menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila. Pengarahan pada pengawasan, pengendalian dan upaya produktif untuk
mempersiapkan proses tinggal landas menuju Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Tahap II, yakni:
1.
Kebijakan Moneter sekumpulan tindakan
pemerintah di dalam mengatur perekonomian melalui tingkat bunga.
2.
Kebijakan Fiskal tindakan pemerintah
dalam mengatur ekonomi melalui anggaran belanja negara. Macam-macam kebijakan fiskal dalam ekonomi
adalah:
Pajak
langsung dan pajak tidak langsung
Pajak
regresif, sebanding dan progresif
Penerimaan
pemerintah, pengendali tingkat pengeluaran masyarakat
Untuk
lebih memeratakan distribusi pendapatan dan kekayaan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar